SAUDARA-saudaraku yang terkasih dalam Kristus, selamat berjumpa pada hari Raya Paska Kebangkitan Tuhan. Selamat Paska saya haturkan kepada Anda semua, umat Katolik Keuskupan Agung Semarang.
Kita merayakan Paska Kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus, karena kita percaya, bahwa dalam peristiwa Paska Allah menyatakan diri sebagai pokok pangkal kehidupan. Allah menyatakan diri sebagai pokok pangkal kehidupan dengan membangkitkan Yesus, Putera-Nya dari antara orang mati. Dengan demikian, Yesus dijadikan-Nya Tuhan dan Kristus, Mesias yang menjadi Juru Selamat dunia.
Pesan Paska adalah pesan yang memuat pewartaan tentang kehidupan yang bertahan sebagai kehidupan abadi sebab kehidupan itu benar, baik dan indah, karena Allah yang kita imani adalah Allah pokok pangkal kehidupan itu sendiri. Itu berarti, manusia yang diciptakan Allah memperoleh amanat untuk menerima, melestarikan dan mengembangkan kehidupan dalam kelimpahan kasih Allah. Dalam melaksanakan amanat tersebut, perlu kita ubah budaya kematian ('culture of death') menjadi budaya kehidupan ('culture of life',) dengan mengubah kekerasan menjadi kelembutan.
Pesan Paska menjadi sungguh relevan pada zaman kita sekarang ini. Masih jelas pada ingatan kita, peristiwa-peristiwa yang sungguh memrihatinkan akhir-akhir ini: pembantaian manusia di Cikeusik, amuk massa di Temanggung, serta peledakan bom di masjid kompleks Markas Polisi Resort Cirebon Kota, Jawa Barat.
Hari-hari ini pun ketika dirayakan Paska Kebangkitan, Indonesia dinyatakan dalam status Siaga Satu Teror Bom berkaitan dengan paket diduga bom yang berada di pipa gas PT PGN di Serpong, Tangerang, Kamis (21/4), tidak jauh dari gereja Christ Kathedral, Serpong, Jawa Barat, yang diperkirakan untuk merusak hari Paska kita.
Pada peristiwa-peristiwa tersebut kita menyaksikan, bagaimana manusia bersikap terhadap kehidupan yang dianugerahkan oleh Sang Khalik kepada segala makhluk. Para teroris tersebut dengan sengaja merencanakan kegiatan-kegiatan yang bila sungguh-sungguh terjadi akan menimbulkan banyak korban, bahkan musnahnya nyawa manusia.
Dalam keadaan apa pun, hendaknya tetap kita dengarkan suara nurani kita. Nurani kita menyuarakan, bahwa manusia diciptakan untuk memelihara kehidupan, bukan untuk melenyapkannya.
Marilah kita berdoa kepada Allah, pokok pangkal kehidupan, agar kita menjadi semakin mampu memelihara kehidupan, dan dibebaskan dari bahaya yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, yang mengancam kehidupan tersebut.
Selamat Paska, semoga Sang Matahari kehidupan mengusir kegelapan dunia sekarang ini karena kekerasan dan terorisme. “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” (1 Ptr. 5: 8-9)
Salam, Doa & Berkah Dalem,
Semarang, 23 April 2011
Semarang, 23 April 2011
+ Johannes Pujasumarta
Uskup Keuskupan Agung Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar