Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan-Ku? Pertanyaan Yesus ini ditanyakan sekali lagi oleh Rm Patrick Joseph Barry kepada empat ratusan peserta Rekoleksi Adorasi Abadi di Sukasari, Katedral, Sabtu (12/3).
Rm Patrick jauh-jauh datang dari Perth, Australia, ke Semarang dalam rangka memberikan arti dan makna mendalam dari Adorasi Sakramen Mahakudus. Dengan didampingi dua penerjemah, ia tampak begitu semangat. Rekoleksi yang diadakan oleh Bidang Liturgi Dewan Paroki Katedral ini, dihadiri pula oleh Rm FX Sukendar Pr selaku pastor kepala paroki Katedral yang didaulat membuka acara.
Ekaristi Kudus atau Sakramen Mahakudus adalah Yesus sendiri yang memberikan tubuh dan darah-Nya, Sakramen Mahakudus, saat Kamis Suci Malam yang pertama,” papar Rm Patrick. Lanjutnya, setiap misa yang diadakan oleh Gereja Katolik, roti dan anggur melalui melalui perkataan Yesus dan penyertaan Roh Kudus, diubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus.
Paus Yohanes Paulus II menuliskan di dalam keheningan di depan Sakramen Mahakudus, bahwa Kristus benar-benar hadir seutuhnya; Tuhan yang kita temukan, yang kita sembah dan dengan siapa kita dapat berelasi. Melalui adorasi atau penyembahan kepada Sakramen Mahakudus, kita menyatakan cinta kita dan persahabatan kita kepada Yesus.
Masih menurut Yohanes Paulus II, kedekatan pada Kristus dalam keheningan dan kotemplasi tidaklah menjauhkan kita dari keadaan kita saat ini, tetapi sebaliknya membuat kita menjadi penuh perhatian dan terbuka pada sukacita manusiawi dan mengalami kelegaan serta memperluas hati kita pada skala dunia.
“Melalui penyembahan, orang-orang Kristen secara diam-diam memberikan perubahan dunia yang radikal dan menebarkan Injil,” tutur Rm Patrick menyitir pesan Paus. Hal ini diteguhkan oleh Yesus kepada St Faustina, ‘Aku ingin penyembahan/adorasi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh pengampunan bagi dunia’.
Duduk diam saja
Rm Patrick Joseph Barry |
Perhatian peserta semakin tertuju kepada kata-kata Rm Patrick, terlebih ketika ia menceritakan kisah di negara Kazakstan. Ada gadis yang mengalami depresi dan kini sedang ditangani oleh seorang psikiater. Keduanya seorang muslim. Setelah beberapa kali konseling, dan tiada hasil, si psikiater menyatakan diri tak sanggup. Sebaliknya, ia menganjurkan si gadis untuk berdiam diri di sebuah kapel yang ada di seberang tempatnya praktek. “Silakan kami duduk diam selama satu jam di dalam kapel itu,” anjur psikiater. Si gadis pun protes, “Untuk apa aku ke situ? Apa yang harus aku lakukan?”
Sekali lagi si psikiater berkata, “Sudahlah, pokoknya kamu duduk saja di dalam kapel itu selama satu jam.”
Si gadis itu karena terobsesi ingin segara sembuh, ia menuruti saja perintah psikiater. Ia masuk kapel dan duduk di bangku kapel. Ia duduk saja dengan pikiran ke mana-mana, sedang di depannya bertahta Sakramen Mahakudus. Beberapa orang juga ada di hadapan Sakramen itu. Meski gelisah, si gadis berusaha bertahan, sampai waktu satu jam terlalui. Ia pun pulang ke rumah. Dan alangkah terkejutnya ia, ketika sampai di rumah. Ia merasakan bahwa dirinya sudah sembuh dari rasa depresi. Ada kelegaan dan sukacita. Ia pun bersaksi kepada si psikiater bahwa ia sudah sembuh.
“Inilah bukti nyata, bahwa Sakramen Mahakudus itu begitu berkuasa. Bahwa duduk di hadapan Sakreman Mahadukus itu tak hanya sekedar duduk, namun sunguh-sungguh menerima aliran Illahi. Siapapun orangnya akan menerima, termasuk orang Muslim,” ungkap sang Romo.
Kejahatan makin menurun
Lalu seorang peserta bertanya, “Mengapa Adorasi Ekaristi Abadi itu diperlukan?”
Rm Patrick pun menjawab. Ketika kita membatasi jam-jam adorasi, kita membatasi kemampuan Kristus untuk umat-Nya. Hanya sedikit yang dapat menanggapi undangan Tuhan ‘Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?’, bila kita hanya memiliki satu jam atau beberapa jam adorasi setiap minggu. Semakin banyak kita menyediakan waktu, maka semakin banyak umat berkesempatan untuk beradorasi. Bila kapel atau gereja dibuka sepanjang hari, maka setiap umat mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi hadir. Karena syarat Sakramen Mahakudus ditahtakan sepanjang waktu, adalah bila ada yang menjaga-Nya sepanjang waktu itu.
Namun, apakah pentahtaan sepanjang hari tidak mengundang hal-hal yang berbahaya?
Banyak imam yang telah menyaksikan bahwa sejak Adorasi Ekaristi Abadi mulai diadakan, maka tingkat kejahatan di daerah itu makin menurun. Bahkan Rm James Swenson dari gereja Katolik St Bridget, Las Vegas, bersaksi demikian, “Persis di depan gereja kami terdapat daerah pelacuran dan perjualan narkoba. Ketika adorasi abadi sakramen Mahakudus mulai dilakukan, semua kegiatan tersebut berhenti. Ketika Tuhan di dalam Sakramen Mahakudus ditahtakan di atas altar, kejahatan meninggalkan daerah itu. Saya yakin akan hal itu.”
Dari kegiatan Rekoleksi Adorasi Abadi ini diharapkan umat menjadi semakin menghormati Sakramen Mahakudus. Dan pada gilirannya nanti di Kota Semarang dapat didirikan kapel Adorasi Ekaristi Abadi, dimana setiap orang dapat mengunjungi setiap waktu. Tentunya partisipasi setiap umat sangat diharapkan demi terwujudnya cita-cita ini. # Blk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar